3 Strategi Investasi Reksadana Biar Makin Optimal

Pernahkah kamu berinvestasi namun hasilnya tidak memuaskan, bahkan cenderung minus? Hal tersebut bisa terjadi karena reksadana yang kamu pilih kinerjanya kurang baik, kamu tidak memantau portofoliomu, dan strategi yang kamu pakai dalam investasi itu kurang pas. Kesalahan strategi maka akan berpengaruh pada hasil yang akan kamu dapatkan.

kebebasan finansial

Strategi bukan hanya dibutuhkan dalam peperangan tetapi dalam berinvestasi juga harus diterapkan. Karena berinvestasi berarti berkaitan dengan uang. Kemudian kamu pun harus berhadapan dengan kondisi perekonomian yang tidak pasti. Maka dengan strategi investasi kita mampu mempersiapkan dana yang kita butuhkan. Serta mengoptimalkan keuntungan dan juga meminimalisir risiko akibat fluktuatif kondisi ekonomi.

Investasi itu sendiri ada beberapa strategi yang biasa digunakan. Diantaranya Lump Sum, Rupiah Averaging Cost, dan Value Cost Averaging.

Setiap strategi memiliki keunggulan dan kekurangan, sehingga bisa disesuaikan pada kondisi pasar tertentu. Jika diterapkan pada investasi reksadana pun bisa, meskipun reksadana telah dikelola oleh manajer investasi. Karena dirimu sendiri yang menentukan kapan harus membeli dan menjual.

Berikut ini adalah strategi yang digunakan dalam investasi rekadana

Strategi Value Cost Averaging

Strategi value cost averaging, ini menerapkan investasi secara berkala. Investor akan menyetorkan jumlah uang yang disesuaikan dengan harga reksadana pasa saat itu namun unit yang dibeli jumlah tetap. Biasanya investor akan mengabaikan harganya, meski sedang naik atau sedang turun. Misalkan Bu Indri membeli Corfina Dana Kas Syariah pada bulan Januari sebanyak 3000 unit kemudian di bulan selanjutnya membeli dengan jumlah unit yang sama di setiap periodenya.

Contoh :

Bulan Januari harga reksadana pasar uang syariah/ Corfina Dana Kas Syariah Rp. 1050, Bu Indri berinvestasi sebanyak 3000 unit. Maka uang yang harus dikeluarkan ada sebesar Rp. 1.050 x 3000 = Rp. 3.150.000,-.

Bulan Februari harga reksadana Corfina Dana Kas Syariah naik Rp. 1.100, Bu Indri tetap membeli 3.000 unit. Maka uang yang dikeluarkan sebesar Rp. 3.300.0000.

 

Strategi Rupiah Averaging Cost

Strategi ini yang banyak digunakan untuk orang yang tidak memiliki modal besar. Konsep dari strategi ini adalah dengan melakukan investasi secara rutin dalam jumlah nominal yang sama tanpa peduli NAB/harga reksadana pada saat itu. Strategi ini akan menyisihkan uang dengan jumah yang tetap di setiap periodenya.

Strategi ini biasakan akan memberikan imbal hasil yang lebih rendah jika kondisi reksadana sepanjang periode terus meningkat. Namun hasilnya bisa lebih besar jika investasi pada tren penurunawn dan berubah arah menjadi naik. Strategi ini meguntungkan jika diterapkan dalam jangka panjang. Dan cocok untuk reksadana campuran ataupun reksadana saham.

Contoh:

Bulan Maret harga reksadana saham Grow 2 Prosper Rp. 1530. Pak Romi setiap bulan rutin menyisihkan gajinya sebesar Rp. 1.500.000. Maka Pak Romi akan mendapatkan unit sebesar :

 

Kemudian di bulan April harga reksadana Grow 2 Prosper naik menjadi Rp. 1.555. Dengan jumlah yang sama. Maka Pak Romi mendapat unit sebesar :

 

Berarti total unit penyertaan yang dimiliki oleh Pak Romi sebesar 1.945,02 dengan NAB rata-ratanya Rp. 1542,5.

 

Stretagi Lump Sum

Strategi lump sum adalah strategi investasi dengan menyetorkan dana sekaligus ke dalam reksadana. stategi ini cocok untuk investor yang memanfaatkan kondisi pasar yang sedang niak dan bisa berpotensi mendapatkan keuntungan. Strategi ini tidak cocok jika kondisi ekonomi dan grafik cenderung turun.

Pak adit menginvestasikan 20 juta ke dalam reksadana Grow 2 Prosper dengan nilai NAB pada tanggal 29 September 2015 sebesar Rp. 2.100 dan menjualnya pada 1 Maret 2018 dengan NAB sebesar 2.600. Maka keuntungan yang didapat selama kurang lebih 3 tahun yaitu Rp 4.761.904.