Ciri-Ciri Investor Reksadana Yang Gagal

Menjadi investor pada zaman ini memang bukan milik orang-orang yang memiiki uang berlimpah saja. Melainkan orang-orang yang memiliki penghasilan UMR pun bisa menjadi investor. Dengan begitu banyaknya pilihan investasi serta menawarkan minimum investasi yang ringan, membuat siapa saja bisa menjadi investor. Sebagai contoh investasi murah adalah reksadana, karena dengan modal Rp. 100.000 saja sudah bisa menjadi investor reksadana.

Investasi reksadana ini bisa dilakukan semua orang yang memulai investasi pertama kali atau yang baru belajar investasi. Sebagai investor memang bukan hal yang mudah. Karena ada perbedaan anatara investor reksadana dan investor reksadana yang sukses. Jika sekedar ingin menjadi investor reksadana ya mudah saja. Membeli reksadana hanya sekali dalam seumur hidup maka kamu bisa mendapat gelar sebagai investor. Terkadang mereka hanya membeli reksadana karena mengikuti trend saja tanpa ada tujuan yang jelas. Investor reksadana yang sukses memiliki mental tanggung, strategi yang bagus serta fokus.  Menjadi investor reksadana yang sukses tidak semua orang bisa mencapainya Karena bisa saja terjadi kegagalan dalam berinvestasi.

Kegagalan adalah hal yang ditakutkan oleh banyak orang. Apalagi kegagalan berinvestasi yang berpotensi membuat seseorang kehiangan uang, keuntungan yang tidak sesuai bahkan tidak mencapai tujuan keuangannya.

Jika yang disebutkan diatas karena iklim investasi dalam negeri itu hal yang wajar, namun ada beberapa kesalahan yang dilakukan investor reksadana yang membuat mereka gagal.

 

Berikut ini beberapa ciri-ciri investor yang gagal:

Cutloss ditengah jalan karena harga reksanda turun

Cutloss ini adalah salah satu strategi khusus bagi beberapa investor melindungi dan meminimalisir kerugian akibat penurunan harga. Kebanyakn orang akan langsung menjualnya ketika melihat reksdananya turun, bukan karena alasan yang tepat dan tidak logis melainkan karena ketakutan.

Berbeda jika cutloss ini dilakukan karena alasan logis dan pertimbangan tertentu. Tidak salah melakukan cutloss asalkan anda melihat potensi kenaikan harganya sudah terbatas, atau ada potensi adanya penurunan harga di masa mendatang.

Kemudian alasan yang kedua untuk melakukan cutloss adalah melihat dari time frame investasi. misalkan jika investor reksadana ini bertujuan untuk jangka pendek atau jangka panjang.

Kesalahan investor yang sering terjadi adalah cutloss pada investasi yang direncanakan untuk jangka panjang. Misalkan anda berencana investasi reksadana selama 10 tahun, dan anda baru memulai seminggu dan melihat harganya turun langsung anda cutloss. Itu cara yang kurang efektif, lebih tepat jika lakukan cutloss pada saat mendekati waktu yang ditentukan minimal 1 tahun.

 

Mencoba memanfaatkan waktu namun hasilnya malah rugi

Strategi memanfaatkan waktu ini dikenal dengan market timing strategy. Strategi ini dapat diartikan sebagai kemampuan investor untuk memntukan kapan harus membel reksadana dan menjual reksadana, serta mamapu melihat potensi untuk mengalihkan daana pada reksadana lain yang lebih menguntungkan.

Prinsip dari strategi ini adalah membeli ketika harga reksadana akan naik, dan menjualnya ketika harga reksadana akan turun.

Baca Juga : Trading Forex vs Reksadana Pasar Uang, Siapa Yang Unggul?

Namun kebanyakan investor membeli ketika tren naik sudah berakhir dan alhasil bukan keuntungan tapi malah kerugian karena membeli di waktu yang tidak tepat. Strategi ini memang suit dilakukan, karena investor harus mampu meihat perusahaan manajer investasi yang berkinerja baik. Serta investor juga minimal mengikuti perkembangan ekonomi dalam dan uar negeri, teknik fundamental dan teknikal. Namun tidak semua orang bisa melakukannya.

Cara termudah adalah membei jika harga reksadana sedang turun, karena bisa berpotensi harganya akan naik tapi perhatikan lagi reputasi dari manajer investasinya.

 

Mengejar reksadana nomor 1, namun kecewa karena selalu ada reksadana yang bagus setiap tahun

Reksadana nomor 1 ini biasanya menjadip primadona bagi setiap investor. Sudah tidak diragukan setiap reksadana yang berada di nomor satu itu pasti mencatatkan persentase keuntungan yang tertinggi diantara reksadana sejenis.

Terkadang hal ini membuat kita tergiur dan mengejar-ngejar keuntungan yang tinggi. Namun terlalu ambisi untuk mendapatkan reksadana yang paling menguntungkan dan nomor 1 itu juga tidak baik.

Karena hal itu membuat kita tidak fokus pada investasi reksadananya. Rangking 1 reksadana itu akan diumumkan setelah mengetahui persentase keuntungannya. Sehingga tidak ada kepastian reksadana itu akan mencatatakan keuntungan ang sama di tahun selanjutnya.

Cobalah fokus pada beberapa produk reksadana sehingga kamu akan memahami pola investasinya.

 

Sudah Investasi Berkala Selama Bertahun-Tahun Namun Hasilnya Tidak Sesuai Tujuan Bahkan Rugi

Investasi berkala ini adalah strategi investasi dengan membagi dana invesrasi dalam beberapa periode. Misalkan setiap bulan kamu aktif berinvestasi di reksadana A sebesar Rp. 1 juta. Dengan begitu kamu akan disiplin melakukan investasi dengan jumah yang sama setiap periodenya.

Cara ini memang cocok bagi investor yang tidak memiliki dana yang besar.

Sehingga jika kamu ingin memiliki keutuhan dana yang besar dalam beberapa tahun, maka kamu bisa berinvestasi dengan porsi dana tertentu, tetapi terkadang menagpa hasilnya tidak sesuai?

Karena kelemahan dari strategi ini adalah tidak melihat timing yang tepat dalam membeli reksadana. Sehingga investor tetap berinvestasi meskipun harga reksadana sedang naik atau turun. Sehingg atingkat keuntungannya kurang besar jika dibandingkan invetso ryang langsung menginvestasikan dana ya sekaligus pada awal periode.