Hindari Kesalahan Ini Ketika Berinvestasi

Author : Yulia Andita

Reksadana saat ini memang menjadi salah satu pilihan orang-orang untuk melakukan investasi, hal ini ditunjukkan dari bertambahnya jumlah produk reksadana dan juga investornya yang telah tumbuh 30% sejak Januari 2018 hingga September 2018. Deputi Direktur Perizinan Pengelolaan Investasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), I Made Bagus Tirthayatra, menyatakan, per Juli 2018 jumlah investor reksadana di Indonesia telah menyentuh 822.000 orang.

Sayangnya peningkatan jumlah investor tidak dibarengi dengan pengetahuan dalam peneglolaannya sehingga maish ada yang tidak tepat dalam memilih reksadana. Sebenarnya permasalahan ini bermula dari ketidaktahuan dalam berinvestasi dan juga tujuan dari investasi baginya. Akhirnya menimbulkan kesalahan dalam berinvestasi reksadana serta hasil yang didapat pun tidak sesuai dengan yang tujuannya.

Beginilah kesalahan yang dilakukan proses berinvestasi di reksasadana:

1. Tidak ada tujuan keuangan yang jelas

Kita perlu paham bahwasanya reksadana adalah kendaraan untuk mencapai tujuan perjalanan kita. Karena itu sangat penting bagi kita sebelum memilih reksadana, kita menentukan tujuan keuangan yang ingin dicapai.

Bisa diibaratkan jika anda dari Jakarta ingin pergi ke Bali tapi melewati tol Sumatra. Maka tujuan anda tidak akan tercapai karena anda salah memilih rute perjalanan.

Kesalahan yang sering orang lakukan adalah tidak mengetahui tujuan keuangannya tetapi langsung memilih reksadana. Fatalnya lagi anda hanya sekedar ikut-ikutan trend dan ikut rekomendasi teman. Padahal antara satu orang dengan yang lain pasti memiliki tujuan keuangan yang berbeda, maka jika anda mengikuti teman anda sama saja anda mengikuti tujuannya.

Maka dari itu anda diharuskan menetapkan tujuan sebelum memilih reksadana. Apakah anda berinvestasi untuk dana pendidikan, dana pensiun atau untuk berjaga-jaga.

 

 

2. Tidak memiliki strategi investasi

Pada artikel sebelumnya telah dijelakan mengenai strategi investasi yang bisa dilukukan sehingga uang yang anda investasikan bisa mewujudkan tujuan anda. Dan kesalahan yang orang lakukan adalah mencoba satu persatu jenis investasi hingga memperoleh investasi yang tepat. Sehingga dapat dikatan orang tersebut tidak memiliki strategi yang baik dalam berinvestasi.

Dalam berinvesatasi harus memiliki strategi karena layaknya peperangan, seorang prajurit harus dengan cepat mengubah stratgei ketika keadaan sedang tidak memungkinkan.

Strategi dalam berinvestasi yaitu lump sum, Rupiah Averanging Cost dan juga Value Averaging Cost.

Pada intinya ketika akan mengambil keputusan berinvestasi, sebaiknya perhatikan dulu kondisi dan kemampuan finansial anda.

Baca Juga : Inilah Strategi Investasi Reksadana Agar Hasilnya Optimal

 

3. Salah memilih reksadana

Kesalahan memilih reksadana ini dikarenakan kesalahan dalam menentukan tujuan keuangan anda.

Karena jenis reksadana itu berbagai macam yang ditawarkan di pasar. Perbedaana jenis reksadana ini memiliki tujuan yang berbeda dan juga memiliki tingkat risiko dan juga return yang berbeda-beda.

Kesalahan yang terjadi adalah ketika anda memilih reksadana dengan tingkat risiko yang tinggi tetapi hanya untuk investasi jangka pendek.

Reksadana saham itu cocok untuk pilihan investasi jangka panjang dengan tingkat risiko tertinggi jika dibandingkan dengan jenis reksadana lainnya. Tetapi jika tujuan anda untuk investasi jangka pendek dengan risiko yan rendah maka anda bisa memilih reksadana pasar uang.

Baca Juga : Kenali Istilah Ini Sebelum Memulai Investasi Reksadana

 

4. Tidak memahami risiko reksadana

Ketika berinvestasi bukan hanya berbicara menganai keuntungan saja, tetqapi juga harus memperhitungkan risiko investasi. risk dan return adalah hal yang saing berdampingan tidak bisa dipisahkan. Semakin tinggi itngkat keutungan suatu reksadana maka akan semakin tinggi juga tingkat risikonya.

Pada saat perekonomian sedang bagus, maka bisa jadi risiko tidak akan terlihat yang Nampak pasti hanya keuntungannya. Namun sebaliknya jika perekonomian sedang turun reksadana yang memiliki histori mecetak keuntungan tertinggi bisa jadi anjlok paling dalam.

Dan akesalahan yang terjadi adalah seorang investor tidak disiplin dalam investasinya. Mereka mungkin hanya tergiur dengan tingkat keuntungan saja tanpa memikirkan risikonya juga.

Ketika di tahun 2008 ketika terjadi krisi mortgage melanda Amerika Serikat, memyebabkan banyak saham yang terjun bebas, sehingga banyak investor yang memindahkan investasi reksadana saham ke reksadana pasar uang.

Namun beberapa tahun kemudian harga saham perlahan meningkat, bahkan sampai pada tingkat yang lebih tinggi dibanding harga sebelum turun.

Jadi jika paham risiko denga baik maka seorang investor tidak akan menjual reksadana sahamnya bahkan investor akan membeli lebih banyak karena saat harga nya sedang turun maka akan mendapat Unit Penyertaan lebih banyak.

Baca Juga : Keuntungan dan Risiko dalam Reksadana

 

5. Tidak Diversifikasi Investasi

Pernahkah mendengar kalimat “don’t put your egg in one basket”. yang berarti jangan meletakkan hartamu pada satu jenis investasi saja. Karena sangat berisiko jika harganya menurun maka niai investasimu juga akan berkurang.

Diversifikasi itu penting untuk meminimalkan risiko investasi. Sehingga anda harus investasi ke beberapa jenis investasi. diversifikasi itu adalah mengalokasikan dana anda ke sektor yang berbeda beda.

 

6. Tidak Menggunakan Reksadana Online

Beberapa tahun lalu ketika fasilitas online belum berkembang, banyak investor yang harus mengeuarkan usaha lebih utnuk bisa berinvestasi misalnya saja harus pergi ke bank untuk bisa membeli dan menjual reksadana.

Belakangan ini banyak asset manajemen yang menyediakan fasilitas online system dalam proses pedaftaran dan juga transaksinya.

Karena keuntungan dari bertransaksi di online system anda tidak perlu lelah-lelah datang ke manajer dan juga anda tidak dikenakan biaya transaksi.