Investasi Langsung ke Saham Atau Reksadana Saham

Pilih mana investasi secara langsung ke saham atau reksadana saham?

Kalau kalian dihadapi pertnyaan seperti diatas kira-kira akan pilih mana? Mungkin ada beberapa orang akan memilih langsung investasi ke saham ada juga yang menjawab reksadana saham. Jawaban itu tergantung pada tipe-tipe investor, ketersediaan dana, toleransi risiko, waktu berinvestasi dan waktu yang tepat untuk investasi.

Nah bagi yang belum terlalu paham, mari simak penjelasan perbedaan investasi langsung ke saham dengan investasi ke reksadana saham.

Reksadana saham adalah reksadana yang menetapkan kebijakan kompisisi saham dalam portofolio investasinya sebesar 80%-100% dari Nilai Aktiva Bersih.

Sedangkan saham adalah bukti kepemilikan perusahaan. dalam konteks ini adalah saham-saham perusahaan yang telah melakukan Initial Public Offering  atau go public.  Dimana anda bisa membeli saham secara langsung melalui system trading dari perusahaan efek dan pembelian secara tidak langsung di reksadana saham.

Tempat pembelian

Terdapat perbedaan ketika anda akan membeli reksadana saham dengan investasi saham.

Kalau anda membeli saham anda bisa melalui perantara pedagang efek atau broker yang ada di perusahaan sekuritas atau bisa juga melalui memasukkan pesanan jual beli dengan fasilitan online trading system.

Sedangkan untuk pembelian reksadana saham anda bisa mendatangi beberapa bank yang menyediakan fasilitas penjualan reksadana, agen penjual seperti bank, ataupun fasiltitas reksadana online yang disediakan oleh Asset Management.

 

Minimum pembelian/setoran awal

Pada umumnya pembukaan rekening saham di beberapa perusahaan efek berbeda-beda ada yang menyaratkan setoran awal sebesar 3 juta - 10 juta. Namun ada juga yang memberikan persyaratan setoran awal hanya sebesar 100.000 tetapi terbatas hanya untuk pelajar seperti mahasiswa.

Sedangkan setoran awal untuk reksadana saham mulai dari Rp. 100.000,- apabila melakukan pembukaan rekening reksadana di asset management.

 

Keuntungan Investasi

Karena prinsip dari investasi adalah mengharapakan keuntungan di kemudian hari. Dalam berinvestasi saham ada akan mendapat keuntungan berupa capital gain dan deviden. Capital gain didapat dari nilai jual saham lebih tinggi dibanding dengan nilai belinya dan deviden ini tergantung dari kebijakan pembagian laba perusahaan. Jumlah deviden yang dibagikan ke pemegang saham pun berbeda-beda.

Sedangkan reksadana saham hampir tidak pernah membagikan deviden ke pemegang unit penyertaan karena manajer investasi memiliki kebijakan reinvestasi guna meingkatkan Nilai Aktiva Bersih per Unit Penyertaan sehingga nilai investasi pemengang reksadana akan meningkat juga.

 

Risiko Lukiditas

Dari sekitar 438 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tidak semua saham aktif diperdagangkan. Karena ada beberapa saham yang tidak likuid atau dengan kata lain tidak ada penjual adn pembeli saham karena adanya kemungkinan beberapa kondisi ekonomi yang berdampak negatif terhadap saham iitu serta konsisi  keungan dan fundamentalnya yang kurang bagus.

Sedangkan risiko likuiditas cenderung lebih kecil di reksa dana saham karena manajer investasi diwajibkan untuk membayar ke investor maksimal 7 hari kerja ketika ada instruksi pencairan. Pada praktiknya, pembayaran ke investor dilakukan pada 2-3 hari kerja. Adanya kewajiban ini membuat manajer investasi juga memperhitungkan aspek likuiditas dalam menyusun portofolio investasi reksa dana. Meskipun bagus, apabila saham kurang likuid, manajer investasi juga tidak berani melakukan penempatan dalam jumlah besar.


Risiko Fluktuatif Harga Saham

Hal ini yang perlu dipertimbangkan bagi investor saham dalam memilih saham karena harga saham tidak selamanya akan naik terun, bisa saja mengalami penurunan saham karena kondisi perekonomian dalam dan luar negeri, nilai kurs rupiah, dan kondisi keuangan perusahaan. Pada prinsipnya dalam berinvestasi di pasar modal itu memerlukan waktu yang pnajang dan high risk high return.

Sedangkan reksadana saham risko penurunan juga mungkin terjadi namu manajer investasi akan melakukan diversifikasi ke beberapa saham sehingga apabila persentase penurunannnya tidak terlalu besar dibandingkan dengan menginvestasikan dana ke dalam satu saham saja. Karena ada kemungkinan apabila indeksnya turun maka saham itu juga akan turun sehingga uang kita akan tergerus akibat penurunan harga saham tersebut.