Investasi Reksadana Saham Atau Langsung Investasi Saham

Di dunia pasar modal kita mengenal saham dan reksadana saham. Keduanya hampir sama hanya beberapa hal yang membedakan yaitu dari sisi kebijakan investasi dan juga pihak yang mengelola. Seperti yang kalian tahu bahwa reksadana saham ini dikelola oleh Manajer Investasi. Sedangkan jika kita berinvestasi  langsung ke saham biasanya kamu akan mengelolanya sendiri. Kemudian dari segi kebijakan investasi reksadana saham biasanya menerapkan porsi maksimal 10% per saham yang masuk ke dalam portofolio. Misalkan dana kelolaan reksadana sebesar Rp 10 Miliar, maka manajer investasi hanya boleh membeli saham ABCD sebesar Rp. 1 Miliar. Sedangkan jika invstasi langsung ke saham, kamu bebas menentukan sendiri saham dan porsinya.

Jadi, lebih baik investasi langsung ke saham atau reksadana saham?

Mungkin ada beberapa orang yang akan lebih memilih langsung investasi ke saham. Serta ada juga yang investasi ke reksadana saham. Perbedaaan ini tergantung dari tipe-tipe investor itu sendiri, ketersediaan dana, toleransi risiko dan ketersediaan waktu.

Nah mari kita kupas tuntas apa saja perbedaan investasi langsung ke saham dan reksadana saham.

Reksadana saham adalah reksadana yang menetapkan kebijakan komposisi efek bersifat ekuitas/saham  dalam portofolio sebesar 80%-100% dari Nilai Aktiva Bersih. Jadi rata-rata isi portofolionya adalah saham.

Sedangkan investasi saham adalah investasikan uang untuk membeli perusahaan. Karena saham adalah bukti kepemilikan perusahaan. Saham yang dapat kita beli adalah saham dari perusahaan yang telah melakukan penawaran umum atau go public.

 

Tempat Pembelian

Perbedaan yang pertama adalah mengenai tempat pembelian reksadana saham dan saham itu sendiri.

Jika kamu ingin berinvestasi saham kamu bisa langsung membeli melalaui perusahaan efek. Dimana yang menangani transaksi saham adalah perantara pedagang efek atu broker dan dealer. Atau kamu juga bisa membelinya sendiri melalui pensanan jual dan beli melalui online trading system. Bisa kamu akses melalui samartphone.

Sedangkan jika kamu ingin membeli reksadana saham maka bisa mendatangun manaher investasi, agen penjual dan juga bank. Bahkan kamu juga bisa membeli reksadana secara online  seperti berbeblanja online. Salah satu sistem online yang dimiliki oleh Corfina Capital adalah Corfina Reksadana Online System (CROS). Salah satu Asset Management yang memiliki supermarket reksadana sendiri.

 

Minimum Setoran Awal

Hal yang menjadi pertanyaan bagi investor adalah modal atau dana yang harus disiapkan sebelum memulai investasi. Kedua jenis investasi ini sebenarnya terjangkau untuk siapa saja, karena sangat murah. Membeli saham sebenarnya bisa dengan Rp. 5.000 saja, namun setoran awal dari setiap perusahaan efek memberikan kebijakan untuk mentransfer minimal Rp. 10.000.000. Serta tidak boleh ditarik dananya selama sebulan.

Berbeda dengan reksadana yang memiliki kebijakan untuk membeli reksadana hanya dengan minimal uang Rp. 100.000 dan tidak ada kunci dana. Jadi kamu bebas untuk menjual dan membeli reksadana kapan saja.

 

Keuntungan Investasi

Siapa yang ingin rugi ketika investasi? pasti tidak ada ya. Karena prinsip investasi adalah mengharapkan keuntungan di kemudian hari. Bisa satu hari, 2 hari, bulan bahkan bertahun-tahun. Keuntungan yang didapat dari berinvestasi saham adalah capital gain dan deviden. Capital gain didapat jika harga jualnya lebih tinggi dari harga beli. Deviden biasanya akan kita dapat jika kita memegang saham perusahaan tersebut. Deviden bisa berupa uang dan juga bisa berupa deviden saham.

Sedangkan keuntungan berinvestasi reksadana saham adalah capital gain dan juga keuntungan dari segi waktu serta kita tidak perlu memikirkan saham yang bagus untuk dimasukkan ke dalam portofolio. Karena semuanya sudah diatur oleh Manajer Investasi.

 

Risiko Likuiditas

Dari sekitar 600an saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tidak semua saham aktif diperdagangkan. Karena ada beberapa saham yang tidak likuid atau dengan kata lain tidak ada penjual dan pembeli saham. Hal ini terjadi karena adanya kemungkinan beberapa kondisi ekonomi yang berdampak negatif terhadap saham itu serta kondisi  keungan dan fundamentalnya yang kurang bagus. Biasa investor akan menyebutnya sebagai saham tidur

Sedangkan risiko likuiditas cenderung lebih kecil di reksadana saham karena manajer investasi diwajibkan untuk membayar ke investor maksimal 7 hari kerja ketika ada instruksi pencairan. Investor yang akan menjual reksadana biasanya uang pencairan akan diterima 2-3 hari kerja. Adanya kewajiban ini membuat manajer investasi juga memperhitungkan aspek likuiditas dalam menyusun portofolio investasi reksa dana. Meskipun bagus, apabila saham kurang likuid, manajer investasi juga tidak berani melakukan penempatan dalam jumlah besar. Serta dana kelolaanya tidak semuanya diinvestasikan ke dalam saham tetapi juga di pasar uang. Hal ini untuk menghindari ada investor yang akan menarik dananya tiba-tiba.

 

Dari perbedaan diatas bisa kamu pilih berdasarkan dari ketersediaan waktu, kemampuan dalam mengelola keuangan dan juga profil risiko masing-masing.