Author : Yulia Andita
Pernahkah kamu merasakan penurunan harga atau uang yang kamu investasikan? Apakah kamu langsung merasa ingin menjualnya karena takut harga nya akan semakin turun? Semua itu adalah hal yang wajar karena proses dari pengelolaan investasi. Semua jenis investasi pun akan mengalami penurunan tergantung dari karakteristiknya. Sehingga jika salah satu instrumen investasi ada yang naik bisa jadi instrument investasi yang lain ternyata harganya turun. Terutama Reksadana yang mengalokasikan dana nya di saham pasti akan lebih berfluktuatif. Maka dari itu kita harus memahami mekanisme dari fluktuatif harga reksadana. Karena hal itu akan berpengaruh pada keputusan investasi anda.
Meskipun reksadana yang kita transaksikan itu telah dikelola oleh Manajer Investasi. Namun kita juga perlu tahu bagaimana proses suatu reksadana itu mengalami penurunan harga dan kenaikan harga.
Naik dan turunnya harga reksadana itu sendiri disebabkan oleh beberapa komponen-komponen dibawah ini:
Aset secara umum dibagi menjadi 2 yaitu asset lancar dan asset tetap. Asset lancar adalah asset yang mudah dicairkan menjadi uang tunai. Sedangkan asset tetap adalah asset yang membutuhkan waktu yang lama untuk dicairkan menjadi uang tunai.
Dalam reksadana itu biasanya ada asset lancar yaitu
Contoh asset yang tidak lancar misalkan gedung, tanah, dan kendaraan. Namu itu tidak masuk ke dalam perhitungan reksadana, karena itu menyangkut operasional perusahaan bukan asset portofolio.
Pendapatan ini berasal dari hasil penjualan instrument investasi yang sudah untung. Pendapatan ini bisa berupa kupon obligasi, bunga deposito dan juga capital gain saham. Hal ini bisa menyebabkan harga reksadana bertambah/naik. Sedangkan biaya ini dan kewajiban yang dikeluarkan diantaranya biaya marketing, biaya Bank Kustodian dan juga biaya pengelolaan. Hal ini bisa mengurangi dari harga atau Nilai Aktiva Bersih.
Baca Juga : Cara Menghitung Keuntungan Investasi Reksadana Saham
Jika kmau melihat laporan posisi keuangan reksadana akan dibagi menjadi 2 yaitu bagian sisi aktiva dan sisi pasiva. Bagian aktiva terdiri dari asset lancar dan tidak lancar, sedangkan pasiva terdiri dari total utang dan modal.
Pada reksadana ada utang yang berasal dari pajak serta utang piutang yang timbul dari transaksi surat berharga seperti saham atau obligasi.
Jika komponen reksadana diatas kita akan simulasikan dalam reksadana, maka asetnya terdiri dari nilai aktiva. Pendapatan diperoleh dari pembagian deviden dan juga kenaikan harga saham. Sedangkan kewajiban dan biaya akan digabung menjadi satu. Terakhir adalah modal kita sebagai unit penyertaan.
Dengan komposisi portofolio sebagai berikut:
Reksadana pertama kali efketif diperjual belikan pada tanggal 1 Januari 2017. Dengan NAB/Unit Penyertaan, atau harga reksadana per unitnya sebesar Rp. 1.000. dan unit penyertaan sebanyak 116.000.
Pada tanggal 1 Januari 2016 adalah tanggal efektif atau tanggal IPO. Dengan jumlah Nilai Aktiva Bersih sebesar Rp. 116.000.000. dan untuk mendapatkan Unit Penyertaan di awal dengan cara membagi Nilai Aktiva Bersih dengan harga dasar Reksadana Rp. 1.000. Maka didapat Unit penyertaan sebesar 116.000 unit.
Harga saham yang awal tahun 2016 sebesar Rp. 3.300 naik menjadi Rp. 5.000 di awal tahun 2017. Sehingga nilai aktiva dari saham menjadi Rp. 100.000.000. Di tahun pertama harus membayar kewajiban sebesar Rp. 5.000.000 berupa biaya bank kustodian dan biaya biaya manajemen. Kemudian bunga deposito dan kupon obligasi ini dibayar setiap tahun. Sehingga nilai aktiva bersih di tanggal 1 Januari 2017 sebesar Rp. 148.500.000. Jika kita membeli reksadana di harga Rp. 1.000 maka akan mendapat keuntungan Rp. 280,17 per unitnya. Bila dipersentasikan keuntungan mencapai 28,02%.
Pada kasus kedua ini harga saham WXYZ ini mengalami penurunan hingga harga Rp. 2.500. Maka nilai investasi di saham berkurang menjadi Rp. 50.000.000. Kemudian ada juga penambahan dari bunga deposito dan kupon obligasi. Secara total keseluruhan Nilai Aktiva Bersih sebesar Rp. 102.275.000. Jika kamu membeli reksadana Rp. 1.000, maka ada potensial kerugian sebesar Rp. 118.32 per unitnya. Atau ada potensi kerugian sebesar 11,8%.