Untung Nabung Di Deposito Atau Reksadana?

Semakin berkembangnya perekonomian di suatu negara. Produk investasi bukan hanya dikeluarkan oleh Lembaga Perbankan saja, tetapi masih banyak institusi keuangan seperti perushaan manaher investasi. Produk perusahaan manajer investasi yang terkenal adalah reksadana.

Salah satu cara menabung uang selain melalui deposito bisa juga menggunakan reksadana. Sebagai informasi, deposito merupakan instrument investasi di perbankan dengan risiko yang kecil dan keuntungannya cenderung stabil dari periode ke periode. Kinerja return/keuntungan ini dipengaruhi oleh suku bunga Bank Indonesia. Jika suku bunga Bank Indonesia stabil maka keuntungan yang didapat juga akan stabil. Serta ada pengaruh kebijakan dari BI dalam menaikkan dan menurunnya suku bunga. Jika Bi menaikkan suku bunga maka suku bunga deposito akan ikut naik, dan sebaliknya.

Sedangkan reksadana pasar uang, adalah kumpulan dari beberapa produk dari pasar uang yang kemudian dijual dengan harga yang lebih terjangkau. Produk dari pasar uang yang ada di dalam reksadana antara lain deposito, obligasi jangka pendek, sukuk ritel, Surat Berharga Negara.

Lalu apa yang membedakan reksadana pasr uang dengan deposito? Jika kita lihat di reksadana pasar uang ini juga menginvestasikan di deposit. Namun juga menginvestasikan ke beberapa produk pasar uang yang disebutkan diatas. Sehingga jika terjadi penurunan suku bunga, maka potensial turunnya keuntungan bisa diminimalisir.  Berbeda dengan deposito, keuntungannya akan berkurang sesuai dengan penurunan suku bunga.

Sehingga dapat disimpulkan jika anda berinvestasi di reksadana pasar uang maka akan lebih aman dan potensi keuntungannya lebih besar dibandingkan deposito. Mengapa demikian?

Alasan pertama, pembentukan reksadana minimal dana kelolaanya sebesar Rp. 10 Miliar, maka manajer investasi akan mendapatkan penawaran suku bunga khusus biasanya diatas dari suku bunga deposito normal.

Baca Juga : Persiapan Masa Pensiun, DPLK atau Reksadana?

Alasan kedua, manajer investasi memiliki strategi untuk menempatkan uangnya bukan hanya di deposito melainkan ke instrument lain yang lebih stabil dan menguntungkan. Misalkan obligasi pemerintah dengan tempo kurang dari 1 tahun.

Alasan ketiga, reksadana pasar uang tidak memberlakukan sisten pinalti jika nasabah menarik uangnya sebelum jatuh tempo.

 

Simulasi keuntungan deposito vs reksadana pasar uang

Deposito

Misalkan Bu Vani ingin berinvestasi sebesar Rp. 100 juta di deposito Bank XIX. Di Bank XIX ini memberikan suku bunga sebesar 6% per tahun. Dengan jangka waktu 3 tahun.

Berikut ini simulasinya

= jumlah uang yang diinvestasikan x [ bunga per tahun x (1- Pajak)]

= Rp. 100 Juta x 6% (1-20%)

= Rp. 100 juta x [6% x 80%]

= Rp. 100 juta x 4,8%

= Rp. 4.800.000

Jika deposito jatuh temponya 3 tahun maka keuntungan yang didapat sebesar Rp. 4.800.000 x 3 tahun = Rp. 14.400.000.

Pajak yang dikenakan untuk keuntungan deposito sebear 20% per tahun. Kemudian tips memilih deposito adalah melihat bunga yang tertinggi dan bank yang likuid. Serta perhatikan kebijakan Bank Indonesia dalam menurunkan dan  menaikkan suku bunga, karena akan berpengaruh pada keuntungan deposito.

 

Reksadana Pasar Uang

Misalkan Bu Vani membeli reksadana pasar uang Corfina Dana Kas Syariah di Corfina Capital Asset Management dengan nilai Rp. 100 Juta. Pertumbuhan harga dari reksadana ini per tahun sekitar 5,19%. Bu Vani berniat investasi selama 3 tahun.

Berikut simulasinya

= jumlah dana yang diinvestasikan x rata-rata imbal hasil

= Rp. 100 juta x 5,19%

= Rp. 5.190.000

Maka imbal hasil yag didapat selama 3 tahun adalah Rp. 5.190.000 x 3 sebesar = Rp. 15.570.000.

Ketika kita berinvestasi reksadana pasr uang, keutungan yang diperoleh berdasrkan nilai aktiva bersih per unit penyertaan (NAB/UP).  NAB/UP ini biasanya disebut harga reksadana. Serta tidak setiap hari harga reksadana ada kalanya nilainya berkurang dan bertambah sesuai dengan kemampuan manajer investasi dalam menganalisa kondisi ekonomi.

Jadi jika kita melihat perbandingan antara reksadana pasar uang dan deposito dari segi return, melihat persentase keuntungannya memang lebih besar deposito namun anda harus menanggung pajaknya. Serta pergerakan deposito ini bergantung pada suku bunga acuan/ bungam Bank Indonesia. Jika suku bunga acuan turun maka return deposito juga ikut turun.

Sebaliknya reksadana pasar uang bisa lebih felksibel, saat suku bunga turun maka investasi bisa diaihjkan ke instrument investasi lainnya yang lebih aman. Begitupun sebaliknya, disini manajer investasi menjadi kendali investasinya.