Berinvestasi bukan hanya sekedar membeli instrument investasi yang memiliki imbal hasil yang tinggi. Tanpa memperhatikan beberapa kemungkinan-kemungkan akan terjadi kerugian di kemudian hari, atau bisa disebut risiko. Risiko memang bukanlah hal yang menyenangkan dalam berinvestasi. Namun hal itu bisa kita atasi dengan cara diversifikasi .
Diversifikasi sangat erat kaitannya dengan pepatah yang diebutkan oleh Warrant Buffet, yaitu don’t put your egg in one basket.
Diversifikasi sangat berguna untuk menjaga nilai investasi kita. Hal yang dilakukan adalah dengan melakukan investasi di berbagai instrument investasi yang berbeda-beda. Berbeda disini harus yang berbeda sektor ya. Jadi misalkan berinvestasi di saham, obligasi, reksadana pasar uang, bisnis riil, dll. Itu salah satu bentuk diversifikasi yang benar. Karena sifat dari investasi diatas berbeda beda, sehingga jika harga saham yang turun maka potofolio kamu masih ter-cover dari reksadana pasar uang dan juga obligasi.
Sedangkan diversifikasi yang salah adalah ketika membeli instrument investasi pada reksadana pasar uang A, reksadana pasar uang B, reksadana pasar uang C. Memang benar diversifikasi itu mengalokasikan dana ke beberapa instrument investasi. Tapi kalau kamu investasi di pasar uang semua, maka ada kemungkinan jika ada kerugian, bisa-bisa semua reksadana itu akan rugi.
Baca Juga : Beberapa Risiko Investasi dan Cara Mengatasinya
Selain mengalokasikan uang anda kedalam beberapa instrument investasi, tetapi juga memperhatikan jangka waktu dan juga toleransi risiko juga.
Jangka waktu investasi ini ditentukan oleh tujuan keuanganmu. Berikut ini adalah tabel tujuan keuangan berdasarkan jangka waktu:
Tujuan Keuangan |
Jangka Waktu |
Pilihan Investasi |
Beli gadget baru, nonton konser band favorit, travelling |
1-3 Tahun |
Tabungan, Deposito, Reksadana Pasar Uang |
Persiapan umroh, beli kendaraan bermotor |
3-5 Tahun |
Obligasi, Sukuk Ritel, Reksadana Pendapatan Tetap |
Beli rumah, haji |
5- 10 Tahun |
Reksadana Campuran, Emas |
Dana Pensiun |
>10 Tahun |
Saham, Reksadana Saham |
Selain melihat tujuan keuangan dengan jangka waktu investasi, tetapi juga harus memperhatikan toleransi risiko. Toleransi risiko ini sama dengan profil risiko investor. Serta melihat seberapa berani dan seberapa greget kamu siap kehilangan uang yang diinvestasikan. Tipe toleransi risiko ada 3 tipe. Tipe pertama adalah konservatif, investor tipe ini sangat tidak menyukai risiko yang terlalu besar. Sehingga toleransi kehilangan uang hanya sebagian kecil uang yang diinvestasikan. Investasi yang cocok adalah reksadana pasar uang, sukuk ritel dan reksadana pendapatan tetap.
Tipe kedua adalah moderat, investor tipe ini berada ditengah-tengah, dimana dia sudah cukup paham mengenai risiko dan keuntungannya. Namun investor tipe ini tidak memiliki toleransi kehilangan uang seluruhnya melainkan hanya setengah uang yang diinvestasikan. Investasi yang cocok adalah reksadana campuran.
Dan yang terakhir adalah tipe investor agresif. Tipe ini memiliki keberanian yang tinggi untuk mengambil risiko yang sangat tinggi. Karena investor tipe ini memiliki toleransi kehilangan uang seluruhnya. Karena prinsipnya high risk high return. Investasi yang cocok adalah reksadana saham dan saham.