Credit Default Swap Meningkat, Beginilah Dampaknya Ke Reksadana

Apakah anda pernah mendengar mengeani CDS? Credit Default Swap adalah kontrak kredit anatara 2 pihak dimana pembeli kontrak akan melakaukan pembayaran secara periodic ke pada penjual dengan imbalan hak pembayarab bila ada kejadian kredit atau gagal bayar di pihak ketiga. CDS ini digunakan untuk mengasuransikan dafaultnya suatau instrument finansial seperti obligais dan utang perusahaan.

CDS ini sendiri bisa menjadi acuan terhadap risiko investasi di suatu negara. Apabila nilai credir default swap suatu negara meningkat maka risiko investasi yang ditanggung oleh investor yang menanamkan modalnya juga akan semakin besar bergitupun sebaliknya.

Berbicara mengenai CDS, tahukah kamu posisi CDS Indonesia?. Ternyata Credit Default Swap Indonesia tenor 5 tahun meningkat sebesar 11,72% dibanding dengan  bulan Juli menjadi 123, 83. Bahkan sejak awal tahunn ini CDS sudah meningkat 42,26%. Sedangkan CDS Indonesia tenor 10 tahun naik sebesar 11,16% disbanding dengan bulan sebelumnya menjadi 211,89. Sehingga CDS tenor 10 tahun meningkat 37,64% terhitung sejak awal tahun.

Baca Juga : Sudahkah Benar Menentukan Jangka Waktu Investasi?

Kenaikan CDS Indonesia bukan tanpa sebab, lantaran defisit transaksi berjalan pada semester 1 melebar menjadi 3% dari PDB serta pada 15 Agustus 2018 Badan Pusat Statistik merilis data Neraca Perdaganganper jUli 2018 defisit sebesar $2,03 milliar, dengan angaka impor sebesae $18,27 miliar. Singkatnya adalah neraca perdagangan Indonesia yang defist dikarenakan impor yang lebih tinggi sehingga permintaan mata uang dollar yang meningkat dan menyebabkan rupiah semakin terdepresiasi posisi CDS Indonesia meningkat. CDS yang meningkatkan mengakibatkan persepsi investor terhadap risiko investasi di Indonesia pun meningkat. Hal ini di terlihat dari aksi jual Surat Berharga Negara sebesar 4,26 Truliun (kontan.co.id).

Meningkatnya CDS ini bukan hanya membawa dampak buruk bagi negara  terutama pada investasi di sektor riil. Sebab Surat Utang Negara akan meningkat yieldnya mengikuti pergerakan CDS Indonesia. Sehingga akan menarik investor menanamkan dananya. Lalu bagaimana dampaknya terhadap reksadana? Karena reksadana menempatkan dananya pada berbaga instrumen investasi yaitu obligasi, pasar uang dan saham. Jadi akan berimbas pada reksadana yang berbasisi obligasi atau pendapatan tetap dan juga reksadana campuran karena  secara teori kenaikan yield akan menyebabkan penurunan harga obligasi dan penurunan harga obligasi maka menyebabkan penurunan Nilai Aktiva Bersih.