Ini yang Seharusnya Dilakukan Pada Saat Menghadapai Krisis

Meski banyak negara berkembang yang mengalami krisis seperti di negara Turki serta masih banyak ada daftar 7 negara yang diperkirakan akan mengalami krisis juga diantaranya menurut Nomura Holding Inc. 7 negara tersebut adalah Sri Lanka, Afrika Selatan, Argentina, Pakistan, Mesir, Turki, dan Ukraina. Bahkan 5 dari 7 negara diatas meminta bantuan dana kepada Interntional Monetary Fund. Sedangkan Indonesia sendiri masuk kedalam negara dengan golongan krisis terkecil. Negara yang masuk ke dalam golongan krisis terkecil selain Indonesia antara lain Brasil, Bulgaria, Kazakhstan, Peru, Filipina, Rusia, dan Thailand.

Indonesia ketika tahun 1998 pernah mengalami krisis moneter yang menyebabkan mata uang rupiah turun ke posisi Rp. 16.000 dari yang sebelumnya di level Rp. 6000 di awal tahun 1998. Harga barang pokok pun melambung tinggi dan juga jumlah pengangguran semakin bertambah karena banyak karyawan yang di-PHK karena banyak perusahaan yang harus gulung tikar.

Dalam keadaan krisis pun bukan berarti tidak ada peluang dalam meraih keuntungan. Orang yang hebat adalah orang yang mampu meraih dan membukukan keuntungan di tengah-tengah ekonomi negara yang kurang sehat. Orang yang pintar adalah orang yang mampu memanfaatkan setiap peluang. Bahkan di tengah krisis pun mampu optimis akan pertumbuhan di tahun kedepannya. Pemulihan ekonomi Indonesia tahun 1998 membutuhkan waktu yang lama hingga akhirnya tahun 2012 mampu mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 5%. Krisis seharusnya memang menjadi teror yang menakutkan bahkan ketika menghadapi krisi kita pun masih bisa berinvestasi di produk yang menguntungkan.

Berikut adalah beberapa instrumen investasi yang bisa anda manfaatkan pada masa-masa krisis :

1. Investasi Emas

Jika sedang krisis uang tetap anda taruh di bawah bantal maka secara otomatis maka uang anda akan tidak ada harganya pada saat itu. Tahun 1998, emas menajdi salah satu investasi yang menguntungkan sebagai nilai lindung uang. Harga emas dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Sejak tahun 1998 harga emas sebesar Rp 75.000/gram dan hingga sekarang per tanggal 12 September 2018 seharga 637.000/gram. Betapa murahnya harga emas ketika 20 tahun lalu dan betapa mahalnya harga emas di tahun sekarang.

Kenaikan harga emas itu menandakan membeli emas memang lebih menguntungkan dibandingkan dengan menyimpan uang di tabungan. Karena emas tidak tegerus inflasi sedangkan uang anda di bank akan tergerus inflasi. Dimana inflasi pada tahun 1998 mencapai 77%.\

Baca Juga : Mana Yang Menguntungkan? Hawkish atau Dovish?

Investasi emas tidak cocok untuk waktu singkat melainkan cocok dalam jangka waktu panjang. Jika dihitung peningkatan harga emas dari tahun 1998 hingga sekarang sebesar 749,33 %. Maka jika anda memiliki 5 gram emas seharga Rp 375.000 ditahun 1998 maka harga jualnya di tahun ini sebesar 3.185.000.

2. Investasi Saham

Saham adalah satu intrumen yang paling bereaksi terhadap kondisi ekonomi yang begejolak. Saat terjadi krisis ekonomi maka saham yang pertama kali mengalami penurunan. Dan ketika ekonomi mengalami pemulihan maka saham juga yang akan mengalami kenaikan.

Saham merupakan instrument yang memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan instrumen yang lain. Karena jika tidak dibarengi dengan perhitngan dan riset terlebih dahulu maka ada kemungkinan saham yang selalu berada diposisi atas dan bisa saja terjun dengan bebas ketika terjadi krisis. Itu yang menyebabkan saham termasuk instrument dengan risiko tinggi.

 

3. Investasi Reksadana

Jika anda memiliki kesulitan dalam meluangkan waktu dan belum memiliki ilmu yang mumpuni untuk melakaukan investasi secara langsung di saham. Maka reksadana merupakan opsi untuk anda mendapatkan keuntungan. Karena reksadana itu sendiri sama saja berinvestasi di saham yang membedakan adalah reksadana akan dikelola oleh orang professional di bidang investasi dan kita tidak perlu secara aktif melakukan jual beli. Karena reksadana itu sangat cocok untuk investasi jangka panjang. Pilihannya juga banyak diantaranya reksadana saham, reksadana campuran, reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang. Di saat krisis maka Nilai Aktiva Bersihnya akan turun signifikan maka pada saat itu adalah waktu yang tepat untuk memaksimalkan.