Memilih Reksadana yang Terbaik dengan Menggunakan Rasio Sharpe

Membeli reksadana sama hal nya ketika anda membeli buah-buahan di pasar. Pastinya anda akan memilih buah yang segar dan tidak busuk tapi terkadang kita suka terkecoh dengan warna buah yang cerah namun rasanya tidak secerah warna kulitnya. Sama halnya anda membeli reksadana, jangan sampai anda hanya tergiur dengan tingkat keuntungannya saja tetapi melupakan risiko yang terkadung dalam portofolio reksadana. Maka dari itu selain mengukur tingkat keuntungan dan tingkat risikonya. Karena tingkat keuntungan merefleksikan dari tngkat risikonya. “high risk high return”.

Pada prinsip nya ketika anda membeli reksadana maka anda membeli sekumpulan aset-aset yang berbeda dalam satu keranjang atau disebut portofolio. Sebelumya anda harus memahami makna dari portofolio. Contoh dari portofolio investasi:

  • Aset yang diinvestasikan ada di perusahaan yang berbeda sektor. Misalnya investasi di saham perbankan dan saham sektor barang konsumsi.
  • Investasi pada reksadana A, Obligasi B, dan Deposito.
  • Investasi pada Reksadana Saham, Reksadana Campuran dan Reksadana Pendapatan Tetap.

Jangan sampai anda diversifikasi dalam portofolio anda pada aset di sektor yang sama. Misalnya ketika ada kebijakan pengetatan Loan To Value, anda hanya investasi pada saham LPKR, BKSL, BSDE, dan PWON. Memang itu berbeda beda sahamnya namun berada pada sektor yang sama yaitu sektor properti jadi pergerakannya akan sama dengan indeksnya.

Mengukur kinerja portofolio menjadi penting untuk memulai investasi agar hasil yang didapat lebih maksimal dibanding memilihnya dengan random dan ikut-ikutan orang. Namun seringkali jarang dilakukan karen alasan ketidaktahuan dan malas untuk melakukannya.

Kemalasan untuk mencari tahu tentang ilmu investasi maka uang investasi anda akan tergerus dengan berjalannya waktu dan bahkan anda mudah ditipu”

Salah untuk mengukur kinerja berdasarkan return dan risikonya adalah dengan mengetahui rsio sharpenya.

 

Rasio Sharpe

Rasio Sharpe adalah indikator yang ditemukan oleh Wiliam Forsyth Sharpe untuk mengukur kinerja portofolio reksadanan dengan menggunakan tingkat keuntungan portofolio, tingkat keuntungan bebas risiko dan standar deviasi.

Cara menghitung rasio sharpe :

Rasio Sharpe = (Imbal Hasil Portofolio – Risk Free Rate)

                                                Standar Deviasi

Keterangan:

  • Imbal hasil portofolio adalah rata-rata tingkat pengembalian portofolio.
  • Risk free rate adalah nilai bunga bebas risiko. Bisa menggunakan tingkat kupon dari obligasi bertenor 10 tahun.
  • Standar deviasi adalah ukuran risiko dari portofolio.

 

Sebagai contoh sebuah portofolio reksadana saham memiliki return selama setahun sebesar 17%. Berdasarkan data obligasi Indonesia bertenor 10 tahun memiliki tingkat kupon sebesar 7%. Sedangkan standar deviasi portofolio adalah 0,4. Maka nilai rasio sharpe portofolio adalah

 

Rasio Sharpe = (17%-7%)  = 0,25

                                 0,4

 

Semakin tinggi nilai dari rasio sharpe maka semakin bagus, karena menunjukkan tingkat pengembalian reksadana yang lebih besar dibanding dengan return bebas risiko. Standar deviasi portofolio mencerinkan tingkat risiko pasar atau risiko dari portofolio itu sendiri. Jadi semaikin tinggi nilai standar deviasi maka semakin besar pula risiko reksadana tersebut.

Nilai rasio sharpe bisa saja negatif karena tingkat pengembalian portofolionya lebih kecil dibandingkan dengan return bebas risikonya.

 

Tinggi rendahnya risiko reksadana tergantung pada jenis reksadananya. Reksadana yang memiliki risiko yang tinggi biasanya reksadana saham, karena pergerakan saham cenderung fluktuatif dibanding dengan instrumen yang lain.

 

Cara mengevaluasi kinerja reksadana dengan menggunakan metode ini dengan membandingkan nilai rasio sharpe reksadana yang sejenis.

Namun bagi anda yang sulit untuk mencari data-data itu semua, anda tidak perlu khawatir karena ada beberapa market place reksadana yang menyediakan fitur tersebut.