Author : Yulia Andita
Kondisi perekonomian keluarga memang sering dihadapi beberapa kebutuhan yang sangat penting. Karena sebagai keluarga yang baik ada baiknya jauh-jauh hari sudah dipersiapkan dengan matang. Apalagi setiap tahun kita selalu berhadapan dengan yang namanya inflasi, dimana tingkat inflasi selau meningkat dari tahun ke tahun. Tingkat inflasi yang semakin lama semakin tinggu juga bisa menyebabkan beberapa kebutuhan dan keperluan hidup ikut meningkat juga. Sehingga banyak keluarga yang penghasilannya pas-pasan terpaksa harus terhimpit dengan besarnya biaya hidup.
Salah satu kebutuhan yang harus setiap keluarga diantaranya adalah biaya rumah, dana pensiun, dan juga dana pendidikan anak. Itu semua adalah tujuan keuangan yang menjadi fokus setiap keluarga. Namun hal yang perlu diperhatikan adalah dana pendidikan anak adalah kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi.
Berbeda dengan kebutuhan lainnya, misalnya saja dana pensiun anda tidak cukup maka bisa mengurangi pengeluaran dan memilih gaya hidup yang sederhana, dana untuk membeli rumah bisa ditekan budgetnya dengan memilih cicilan yang lebih ringan atau bisa saja membeli rumah bekas yang lebih murah. Namun jika dana pendidikan anak anda tidak cukup maka tidak mungkin kita menunda pendidikan anak hingga uangnya cukup.
Kenaikan inflasi pendidikan per tahun sebesar 15%
Sehingga mempersiapkan dana pendidikan anak itu penting dan saat menghadapai persoalan tentang dana pendidikan itu tentu anda harus mencari cara agar anak-anak anda tetap bisa bersekolah hingga jenjang yang lebih tinggi dibanding anda. Ada banyak sekali mempersiapakn dana pendidikan anak, salah satu diantaranya adalah reksadana.
Dalam memilih reksadana untuk perencanaan pendidikan anak, ada 3 hal yang perlu diperhatikan sebelum berinvestasi di reksadana, diantaranya adalah tujuan investasi, memilih reksadana dengan beberapa indikator, dan mengukur kemampuan keuangan.
Tujuan berinvestasi adalah salah satu pedoman yang menjadi fokus bagi investor sebelum memulai berinvestasi. tujuan investasi akan mencerminka dan memberikan gambaran tentang kemampuan keuangan dan dalam memilih produk investai serta risiko yang sesuai.
Sebagai simulasi, misalkan Pak Bagus ingin menyekolahkan anaknya di Universitas Swasta terbaik di Jakarta. Dana yang dibutuhkan sekitar Rp. 150.000.000 hingga selesai. Uang tersebut hanya biaya kuliah saja belum termsauk biaya keperluan kuliah seperti biaya hidup, buku, dan hal yang berkaitan dengan kegiatan kuliah.
Karena anak Pak Bagus akan kuliah 12 tahun lagi maka, dalam mempehitungkan biaya kuliah itu harus ditambah dengan inflasi. Dengan asumsi inflasi pertahun sebesar 8%, maka dana yang dibutuhkan di 12 tahun kedepan sebenarnya sebesar Rp. 377.725.518.
Memilih reksadana bukan sekedar dari tingkat keuntungannya, melainkan ada beberapa indikator yang harus diperhatihan. Dalam reksadana ada beberapa kategori dalam menilai tingkat keuntungan. Semakin konservatif maka imbal hasilnya tidak terlalu tinggi dan juga risikonya bisa dibilang rendah. Dan semkain agresif suatu reksadana maka akan semakin tinggi imbal hasilnya dan tinggi juga risikonya.
Berikut adalah asumsi imbal hasil reksadana:
Imbal hasil diatas bukan menjadi patokan, karena setiap tahun bisa saja tidak sesuai dengan imbal hasil diatas, bergantung pada kondisi ekonomi baik dalam dan juga luar negeri.
Jika anda melihat keuntungan pasti akan memilih reksadana campuran ya pastinya. Karena paling tinggi diantara yang lain.
DIbawah ini adalah dana yang harus anda investasikan untuk mencapai dana Rp. 377.725.518 di 12 tahun mendatang:
Semakin tinggi imbal hasil reksadana yang bisa diterima oleh investor maka akan semakin sedikit juga uang yang harus didiskan setiap bulannya. Perhitungan diatas bisa saja meleset dari target karena imbal hasil reksadana bisa saja minus karena menagalmi gejolak pasar.
Serta dari sisi risiko juga harus dipertimbangkan karena dana pendidikan itu sangat penting. Jika ingin ringan investasi per bulannya dengan memilih reksadana saham, namun anda harus pertimbangakan risiko yang besar pada reksadana saham. Jadi anda bisa menyimpan dananya pada reksadana yang lebih aman misalnya reksadana pasar uang.
Setelah mengatahui tujuan dan juga reksadana yang cocok dengan profil risiko. Anda juga harus memperhitungkan dan juga mengukur kemampuan pribadi. Jangan sampai demi mencapai tujuan keuangan, anda harus berhemat-hemat uantuk makan. Maka pilihlah yang terbaik dan juga tidak memberatkan anda.
Namun jika anda mampu menyisihkan uang sebanyak Rp. 1.29 Juta ya tidak apa-apa, karena reksadana pasar uang itu kecil risikonya dan tidak terlalu fluktuatif. Sehingga terhidar dari jatungan karena nilai investasinya turun.
Bagaimana kondisinya jika anda tidak mampu menyisihkan uang sebanyak itu?
Anda harus membuat strategi dengan cara diversifikasi, karena ingin investasi ke reksadana yang tidak terlalu berisiko maka anda, bisa berinvestasi di reksadaa saham dengan investasi sebesar Rp. 330.000 per bulan namun anda harus rajin memantaunya. Atau juga bisa ketika reksadana saham anda sedang turun maka anda bisa memilih reksadana yang lain misalnya rekadana campuran.
Perencanaan diatas bisa anda kombinasi dengan reksadana lain yang tidak sesuai dengan profil atau juga anda tetap fokus sesuai profil risiko anda karena tidak ingin mengambil risiko yang lebih besar.
Semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi yang ingin mempersiapkan pendidikan yang lebih baik.