Setiap investor pasti memiliki gaya investasi dan starteginya masing-masing. Misalkannya saja dalam hal menyetorkan dana investasinya, kapan waktu beli investasi, kapan akan menambah investasinya, dan kapan waktu yang tepat dalam menjualnya.
Ada investor yang lebih suka menyetor dana investasinya sekaligus. Jika memiliki uang yang banyak dan uang tersebut bukan untuk kebutuhan terdekat, memang lebih baik setor sekaligus karena hasilnya bisa maksimal jika harganya terus meningkat. Sama seperti kamu membeli tanah secara tunai pada waktu sekarang karena tahu bahwa harga tanah akan terus melonjak setiap tahunnya. Kalau kamu ingin membeli investasi keuangan maka hal yang diperhatikan adalah kamu harus mengenali terlebih dahulu produk tersebut. Strategi ini lebih dekenal dengan istilah lumpsum.
Kemudian strategi yang lainnya adalah dengan berinvestasi terus menerus secara periodik. Langkah yang biasanya dilakukan adalah menyisihkan 10%-15% dari penghasilan. Jumlahnya tidak terlalu besar asalkan teratur dan disiplin pasti hasilnya juga bisa maksimal. Kalau gaji kamu Rp. 5 juta per bulan maka, kamu cukup menyisihkan Rp. 500 ribu saja. Kemudian kamu lakukan setiap bulan seperti itu. Jangan pernah investasi dengan uang receh karena hasil yang kamu dapatkan pun akan receh juga. Startegi ini memang cocok untuk karyawan yang berpenghasilan pas-pas an dan juga tidak memberatkan. Stategi ini biasa dikenal dengan satategi investasi berkala.
Investasi berkala ini memang cocok untuk investor yang memiliki penghasilan yang tidak terlalu besar, namun bisa mencukupi untuk kebutuhan sebulan. Cara investasi berkala ini ada 2 yaitu membeli setiap periode dengan jumlah uang yang sama atau dengan jumlah unit penyertaan yang sama.
Jika berinvestasi dengan uang yang sama setiap periodenya, maka jumlah Unit Penyertaan reksadana yang kita dapatkan akan beragam. Karena perhitungan Unit Penyertaan ini dihitung dari pembagian jumlah uang dengan harga reksadana.
Kemudian cara yang kedua dengan membeli Unit Penyertaan yang sama. Misalkan kamu membeli Unit Penyertaan Reksadana sebesar 500 setiap bulan. Jika harga bulan Januari reksadana saham seharga Rp. 1.200 maka uang yang dikeluarkan sebesar Rp. 600.000. Kemudian harga di bulan Februari reksadana saham harganya menjadi 1.300 maka uang yang dikeluarkan sebesar (Rp. 1.300 x 500)= Rp. 650.000.
Baca Juga : Investasi Ini Untuk Yang Berpenghasilan 3 Juta Per Bulan
Startegi ini sangat mengabaikan kondisi pasar, jika kondisi pasar sedang turun maka tetap membeli reksadana tersebut. Hasil yang didapat pun tidak terlalu besar dalam keadaan pasar sedang naik turun. Sehingga cocok dalam kondisi pasar sedang bearish.
Strategi sekaligus ini memang cocok bagi investor yang memiliki modal yang besar. Startegi ini sangat menguntungkan jika membeli reksadana dengan asumsi harganya diposisi terendah. Sehingga hasilnya bisa maksimal hingga kamu menjual reksadana tersebut. Dan bisa jadi anda mengalami kerugian jikalau membeli reksadana pada harga di titik tertinggi kemudian harga terus turun. Strategi investasi ini memang harus memastikan waktu yang tepat dan estimasi harga yang tepat di masa mendatang.
Strategi ini lebih bagus untuk diterapkan di reksadana pasar uang. Karena rata-rata instrument investasinya dialokasikan ke deposito dan obligasi. Dimana deposito dan obligasi ini biasanya memberikan bunga dan imbal hasil yang disepakati di awal.