Author : Yulia Andita
Nilai tukar rupiah pada pagi ini melemah dihadapan dollar AS, posisi terakhir rupiah pad angka Rp. 14.610. Ada beberapa penyebab penurunan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS.
Pertama datang dari persoalan Perang Dagang yang tidak terlalu serius keputusan pada KTT G-20 untuk mereda pada awal tahun 2019. Ditambah memanas lagi, berita penagkapan eksekutif Huawei yang tidak pasti.
Faktor kedua adalah ketidakpatian dari Perdana Menteri Inggris dalam menyelesaikan proses perceraian antara Inggris dan Uni Eropa. PM Inggris ini membatalkan voting di parlemen yang seharusnya digelar pada 11 Desember 2018. Pembatalan ini membawa kecemasan pada investor pastinya sehingga berdampak pada pemilihan investasi yang dianggap aman seperti Dollar AS. Sehingga membuat rupiah melemah karena permintaan Dllar As di akhir tahun terus meningkat meskipiun sudah dianyisipasi dengan menambah cadangan devisa.
Cadangan devisa Indonesia pada posisi per November berada pada posisi tertinggi dalam sejarah yaitu sebesar US$115,5 miliar. Namun hal itu belum cukup mengingat tingkat pertumbuhan ekonomi juga masih tertahan pada posisi 5%. Jika menahan rupiah tetap menguat kemungkinannya kecil.
Tidak semua jenis reksadana terkena dampak fluktuasi rupiah karena setiap jenis reksadana memiliki beragam tergantung pada portofolio instrumen investasinya. Ada berberapa jenis reksadna yang berdampak langsung dan ada juga yang tidak terkena dampak dari pelemahan rupiah.
Jenis reksadana yang terkena dampak langsung adalah reksadna yang berbasisi dollar AS ysng berinvestasi di saham-saham Indonesia. Meskipun namanya berbasis dollar AS bukan berarti jenis reksadana ini berinvestasi pada efek di luar negeri.
Salah satu jenis reksadana yang diperbolehkan 100% berinvestasi di luar adalah reksadana syariah efek global.
Di Indonesia sendiri beum ada jual beli saham yang berbasis Dollar AS,hanya tersedia obligasi yang berbasis Dollar. Jadi untuk reksadana yang berisi instrument berbasis dollar yaitu jenis reksadana saham dan reksadana campuran dollar yang terdiri dari obligasi dnegan mata uang dollar AS dan saham dengan mata uang Rupiah.
Baca Juga : Ini Cara Investasi Bagi yang Penghasilan 3jt Per Bulan
Sehingga jenis reksadana yang berbasis Dollar akan berpengaruh pada Nilai Aktiva Bersihnya, akan setiap hari NAB harus dihitung berdasarkan nilai tukar rupiah terhadap dollar yang terbaru. Ketika nilai tukar rupiah melemah maka Nilai Aktiva Bersihnya juga menurun, sehingga akan berpengaruh pada kinerja reksadana itu sendiri.
Pada reksadana pasar uang yang menginvestasikan dananya pada obligasi dan deposito jangka pendek, dan yang mempengaruhi jenis investasi ini adalah suku bunga. Sehingga hampir dikatakan tidak ada pengaruh fluktuasi rupiah terhadap reksadana pasar uang.
Kemudian reksadana saham, dimana 80% dana kelolaannya di tempatkan pada saham. Penguatan dan pelemahan rupiah bisa saja berpengaruh dan bisa juga tidak berpengaruh sebab. Ada beberapa saham yang berkaitan langsung dengan dollar misalnya saja perusahaan yang melakukan kegiatan ekdport import. Pada saat rupiah melemah pasti akan membebani perusahaan yang mengimpor bahan baku dari luar negeri. Dan yang saham yang menguntungkan adalah perusahaan yang melakukan ekspor.
Untuk reksadana pendapatan tetap yang berinvestasi dalam obligasi jangka panjang pasti akan terpengaruh dari tingkat suku bunga, infasi dan juga rating/peringkat ibligasi tersebut.
Karena setiap jenis investasi pasti memiliki itngkat risiko masing-masing. Terutama ada beberapa risio yang paling berdampak terhadap kinerja dan risiko juga risiko yang hanya berdampak sementara. Maka kita perlu memahami aspek risiko tersebut sebelum memulai investasi.