Author : Yulia Andita
Setiap investasi pasti memiliki risiko yang berbeda-beda. Tingkat risiko bisa memperngaruhi jumlah keuntungan yang akan diterima kemudian hari. Karena semakin besar imbal hasil yang diperoleh maka akan semakin besar juga risiko yang akan ditanggung oleh investor, atau yang biasa kita kenal sebagi high risk high return.
Faktor-faktor risiko reksadana yaitu jenis reksadana itu sendiri, reksadana yang isi portofolionya instrument pasar uang memiliki risiko terkecil dibanding dengan reksadana lainnya. Kemudian reksadana saham memiliki risiko terbesar dibanding dengan jenis reksadana lainnya. Sebab isntrumen pasar uang tidak terlalu fluktuatif (pergerakan harga) sedangkan reksadana saham berisiko tinggi karena fluktuasinya pergerakan harga saham. Fluktuasi bukan menjadi kekhawatiran melainkan menjadi peuang buat anda untuk memperoleh return yang sangat tinggi.
Dengan risiko yang tinggi akan menghasilkan return yang tinggi maka anda bisa memaksimalkan pendapatan anda dengan berinvestasi. Jadi risiko itu bukan untuk dihindari melainkan untuk diatasi. Selain risiko diatas ada beberapa risiko lainnya yag dihadapi investor reksadana dan kami juga membagikan tips untuk mengatsi risiko tersebut.
Penurunan nilai aktiva bersih dalam reksadana memang wajar karena isi portofolionya pun juga beragam, misalnya deposito, saham, obligasi atau pun Surat Utang Negara. Instrument tersebut juga tidak selamanya akan terus-menerus mengalami kenaikan. Karena fluktuatif terjadi dibeberapa instrument tersebut karena faktor perubahan makro dan juga kebijakan pemerintah yang akan mempengaruhi pasar sehingga membuat nilai efek yang masuk portofolio itu akan berfluktuatif.
Misalnya kebijakan Bank Indonesia yang menaikkan suku bunga maka akan bepengaruh pada instrument pasar uang yang semakin tinggi dan juga bisa nilai obligasinya menurun.
Cara mengatasi penurunan NAB adalah
1. Memilih reksadana yang sesuai tujuan
Ini sangat menentukan hasil investasi anda kedepannya karena dengan tujuan keuangan anda bisa memilih reksadana yang sesuai. Jangan sampai anda berinvestasi di reksadana saham untuk berinvestasi jangka pendek. Dan pastikan anda memilih reksadana yang memiliki kinerja yang baik.
2. Melakukan diversifikasi
Diversifikasi adalah menempatkan uang anda diberbagai instrument investasi supaya jika salah satu produk investasinya rugi masih ada yang lain yang untung.
Risiko reksadana selanjutnya adalah ketika investor kesulitan untuk melakukan pencairan uang. Risiko ini dikarenakan Manajer investasi tidak dapat dengan segera melunasi transaksi penjualan kembali reksadana dari investor disaat banyak orang juga yang ingin melakukan penarikan dananya secara bersamaan.
Cara mengatasi risiko likuiditas adalah tes kekuatan dari Manajer investasi dengan melihat seberapa besar dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) nya.
AUM itu sendiri adalah asset bersih yang dikelola oleh Manajer investasi. Semakin besar AUM maka semakin baik tingkat likuiditasnya.
Baca Juga : Investasi di Reksadana Terproteksi Akankah Uangnya Diproteksi?
Risiko selanjutnya adalah risiko yang disebabkan karena jumlah Nilai Aktiva Bersih dari Reksadana tersebut kurang dari 10.000.000.000 (10 miliar rupiah) selama 90 hari bursa berturut-turut, serta atas perintah Otoritas Jasa Keuangan untuk membubarkan reksadana.
Risiko ini adalah risiko terburuk dari investasi reksadana yaitu pembubaran. Maka cara yang bisa lakukan untuk menghindari dari hal terburuk ini adalah lebih jeli memilih reksadana berkinerja baik dengan melihat nilai aktiva bersihnya, semakin besar maka akan semakin kuat dan terhindar dari pembubaran.