Tanda-Tanda Bahwa Kamu Siap Investasi Reksadana

Author : Yulia Andita

Reksadana memang menjadi pilihan investasi bagi banyak orang. Terutama bagi seseorang yang memiliki penghasilan tidak terlalu besar pasti akan tertolong dengan reksadana. Karena investasi reksadana ini cukup terjangkau, hanya dengan modal minimal Rp. 100.000 kamu sudah bisa berinvestasi ke berbagai jenis investasi.

Selain itu investasi reksadana ini bisa menjangkau ke semua orang. Bukan hanya orang yang memiliki pekerjaan kantoran, berdasi dan berjas saja, tetapi juga banyak kalangan usia muda yang belum bekerja pun bisa berinvestasi reksadana online.

investasi reksadana untuk anak muda

Ketika masih berusia muda, memang waktu yang tepat untuk memulai investasi sejak dini. Namun apakah bisa masih muda bisa berinvestasi, karena belum bisa menghasilkan pendapatan yang tetap dan juga usianya juga masih seumur jagung. Investasi reksadana ini bukanlah investasi yang memandang usia dan isi dompet seseorang. Asalkan orang tersebut siap, maka bisa menjadi investor reksadana. Lalu apakah indikator kesiapan seseorang dalam berinvestasi.

 

Berikut indikator kesiapan berinvestasi:

Penghasilan lebih besar dari pengeluaran

Karena berinvestasi ini membutuhkan uang, maka coba periksa lagi apakah selama ini penghasilanmu bisa surplus. Atau jangan-jangan gaji selama sebulan habis untuk hal yang tidak penting dan sia-sia. Sebenarnya bukan menunggu surplus dahulu, melainkan menyisihkan dahulu agar kamu bisa berinvetasi reksadana. kalau menyisihkan maka kamu akan memprioritaskan dahulu uang untuk investasi dibandingkan dengan kebutuhan bulanana. Menyishkan tidak perlu banyak untuk memulai pertama kali minimal Rp. 100.000 per bulan. Kemudian kamu bisa menaikkan jumlah pembelian per bulan. Dengan begitu kamu bisa menaikkan taraf kedisiplinan dan menyelamatkan masa depanmu.

 

Tidak ada utang konsumtif

Jika sebelumnya sudah dibahas mengenai utang konsumtif. Dimana utang konsumtif ini lebih digunakan untuk hal-hal atau barang-barang yang sekali pakai. Misalkan kamu menggunakan kartu kredit untuk membeli tiket pesawat, beli barang mewah seperti handphone. Orang yang memaki kartu kredit adalah orang yang salah mengartikan utang, mereka menganggap bahwa kartu kredit adalah pemasukan untuk mereka.

Alhasil karena senang menggunakan kartu kredit dan berhutang, sampai tidak sanggup untuk membayar tagihan.

Baca Juga : Tips Terbebas Dari Hutang Meski Gajimu Pas-Pasan

Utang bukanlah fasilitas yang menjanjikan, melainkan bisa menjadi jebakan bagi yang tidak stabil penghasilnannya. Jika keseringan bayar utang, yang terjadi adalah semakin terbatas uang bulanan. Jadi jika ingin berhutang, maka perhatikan kesanggupan dalam membayar. Hal yang disayangkan adalah kamu tidak bisa berinvestasi, karena uangnya habis untuk bayar utang.

Maka jika kamu tidak punya utang konsumtif, menandakan kamu siap untuk berinvestasi.

 

Utang produktif tidak lebih dari 30%

Jika tadi tidak diperbolehkan untuk hal-hal yang konsumtif, namun jika untuk membeli barang yang sifatnya produktif maka boleh boleh saja. Apasih yang barang-barang atau kegiatan yang produktif? Ya misalnya kamu nyicil rumah, nyicil motor tapi digunakan untuk usaha, utang untuk buka usaha.

Utang produktif itu diperbolehkan, asal jumlah utangnya tidak melebihi 30% dari penghasilanmu. Misalkan saja gaji perbulanmu mencapai Rp. 10 juta, maka kamu boleh behutang maksimal Rp 3 juta. Jika utang kamu belum melampaui batas maka artinya kamu siap berinvestasi. Apalagi tidak ada utang, artinya 30%nya bisa dialokasikan sepenuhnya ke investasi.

 

Punya dana darurat

Dana darurat ini sangat bisa kita andalkan saat terjadi hal yang kurang mengenakkan atau hal yang tiba-tiba. Misalkan saja kamu di PHK, keluarga sakit, kecelakaan atau bahkan teman nikahan. Pasti hal itu tidak bisa kita prediksi sebelumnya.

Maka dari itu kamu harus punya simpanan diluar dari tabungan dan kebutuhan bulanan. Minimal kamu punya dana darurat itu sebesar 6 kali lebih besar dari pendapatanmu.

 

Jika keempat hal diatas bisa terpenuhi, maka kamu bisa melakukan investasi tanpa harus terbebani. Coba perhatikan lagi dalam mengeluarkan uang bulanan, jangan sampai besar pasak daripada tiang alias pengeluaran lebih besar dari pemasukkan.

Minimal kamu berinvestasi per bulan sebesr 25% dari penghasilanmu. Dengan begitu kau bis amearasakan kebebasan finansial di masa mendatang.