Setiap perusahaan yang terdaftar ke dalam Bursa Efek Indonesia harus menyampaikan laporan keuangan baik dalam periode triwulan, kuartal dan juga tahunan. Bertepatan pada bulan September ini pun setiap emiten harus menyampaikan laporan keuangannya ke Bursa. Ada beberapa perusahaan yang mulai memoles laporan keuangan atau biasa yang kita sebut dengan “Window Dressing”. Window Dressing biasanya dilakukan dengan cara mengotak-atik beberapa akun yang ada dalam laporan keuangan agar lebih baik lagi dari kuartal atau periode sebelumnya. Biasanya window dressing akan memainkan pada pos laba rugi dengan cara meningkatkan dan juga menurunkan laba bersih yang tercatat pada periode pelaporan.
Umumnya dalam mengatur pos keuangan maka dilakukan pemindahan sejumlah biaya atau pendapatan ke tahun yang berbeda dari pada dicatat secara normal. Teknik yang yang bisa dilakukan adalah memperlambat pembebanan biaya maintenance atau perbaikan. Banyak biaya perlambatan yang ditunda pencatatannya sebagai beban sampai periode berikutnya. Ada juga perusahaan yang memotong budget untuk biaya pengembangan produk. Dengan cara memanipulasi waktu pembebanan biaya tertentu maka akan mempengaruhi laba bersih. Dengan adanya window dressing akan mempengaruhi pergerakan harga saham dan juga harga reksadana. Mengapa demikian?
Karena setiap menjelang akhir laporan kuartal maka banyak perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan ke public, maka dengan adanya upaya window dressing, laporan keuangan pun akan terlihat lebih baik. Dampaknya adalah harga saham dari perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dari periode sebelumnya maka akan mengangkat harga saham. Window dressing ini biasa dilakukan pada perusahaan yang memiliki kapitalisasi yang besar. Selain emiten yang melakukan window dressing ada juga pengelola reksadana yang melakukannya.
Baca Juga : Membeli Reksadana Lagsung ke Manajer Investasi, APERD atau Reksadana Online?
Manajer Investasi akan meningkatkan kinerja reksadana pada akhir tahun maka akan terlihat menarik di mata investor. Reksadana saham terutama yang menjadi target manajer investasi untuk memoles lebih bagus lagi. Karena aksi Window Dressing dilakukan oleh hampir semua fund manager di dunia, itu sebabnya pada akhir tahun indeks harga saham umumnya bergerak naik.
Lalu bagiamana kita bisa memanfaatkan window dressing ini?
Pertama, indikasi adanya window dressing adalah kinerja suatu saham biasanya memiliki kenaikan diats rata-rata dari kinerja sebelumnya. Dengan ini anda bisa memanfaatkan reksadana atau saham yang memiliki beda diatas 1 atau bisa dikatakan “bila IHSG mengalami kenaikan sebesar 2% maka saham yang memiliki beta 1.5, maka kenaikannya akan sebesar 3%”
Kedua, bagi investor reksadana maka cara yang diambil adalah dengan membeli portofolio reksadana yang kinerja hampir sama dengan IHSG. Cara mengetahui nya dengan melihat beta portofolionya jika mendekati angka 1 maka dapat dibilang portofolio tersebut menyerupai kinerja IHSG.
Namun hal yang terpenting adalah memilih portofolio harus berdasarkan analisa agar uang yang investasikan meningkat di kemudian hari bukan hanya sekedar ikut-ikutan beli tanpa ada dasarnya.