Kapan Waktu yang Tepat Melakukan Switching Reksadana

Author : Yulia Andita

Jenis transaksi reksadana ada beberapa diantaranya adalah transaksi pembelian (subscription), penjualan reksadana (redemption), menambah reksadana yang sudah dimiliki sebelumnya (top up), dan mengalihkan reksadana ke reksadana lainnya tanpa menjual atau membelinya (switching).

Switching reksadana sebagai contoh adalah Pak Anto membeli reksadana saham XXX kemudian mengalihkan ke reksadana pasar uang YYY. Pengalihan reksadana ini hanya dapat dilakukan pada produk reksadana yang dikelola oleh manajer investasi yang sama. Sebagai contoh produk yang dikelola oleh manajer investasi  yang sama yaitu perusahaan manajer investasi Corfina Capital mengelola 1 reksadana saham, 2 reksadana pasar uang dan 1 reksadana campuran. Jadi jika investor ingin melakukan pengalihan hanya ke empat  reksadana itu saja.

Keuntungan investor melakukan switching reksadana adalah biaya yang lebih kecil jika dibandingkan investor melakukan menjual dan membeli kembali serta banyaknya jumlaha reksadana dengan kinerja yang bervariatif membuat trend transaksi pengalihan semakin meningkat dari waktu ke waktu.

Inilah kondisi yang memungkinkan investor melakukan switching reksadana:

1. Perubahan profil risiko dan tujuan keuangan

Seperti yang kita ketahui bahwa profil risiko dibagi menjadi 3 yaitu konservatif, moderat dan juga agresif. Konservatif adalah tipe investor yang sangat menghindari risiko. Moderat adalah adalah tipe risiko yang berani mengambil risiko namun dengan tingkat keuntungan yang terukur. Sedangkan tipe risiko agresif adalah investor yang sangat berani melaukan investasi pada prosuk investasi yang berisiko.

Nah idealnya jika tujuan investasi kita sudah tercapai atau sudah memenuhi target maka investor cenderung akan melakukan pengalihan pada reksadana yang lebih aman atau lebih konservatif.

Biasanya dengan bertambahnya usia dan semakin mendekati usia pensiun maka, investor jarang menargetkan keuntungan yang besar dan juga berisiko melainkan memiliki produk investasi yang moderat namun lebih terukur.

Baca Juga :Apakah Dapat Deviden Jika Investasi di Reksadana Saham?

2. Kondisi ekonomi suatu negara

Dalam berinvestasi diharuskan kita memahami beberapa berita yang berkaitan dengan produk investasi tersebut. Misalnya saja ketika suku bunga dinaikkan dan memang trend ekonominya sedang tidak bagus maka investor yang menginvestasikan di reksadana saham akan ada kemungkinan untuk melakukan pengalihan dana investasinya ke reksadana pasar uang atau juga ke reksadana campuran.

 

3. Meminimalkan risiko

Risiko investasi tidak bisa di hilangkan hanya bisa di minimalkan. Cara meminimalkan risiko dengan cara melakukan diversivikasi. Diversifikasi itu sendiri adalah strategi membagi-bagi risiko dengan berinvestasi ke produk investasi yang berbeda jenis. Misalnya investor memiliki 100% investasinya di reksadana saham, karena IHSG kurang bagus atau cenderung turun maka investor akan membagi dananya ke beberapa jenis reksdana dengan komposisi 50% di reksadana saham, 30% reksadana pendapatan tetap dan 20% ke reksadana pasar uang. Sehingga uang yang 100% di reksasana saham akan diswitching ke reksadana lain.

Baca Juga : Ini Cara Memilih Reksadana Yang Baik

4. Rebalancing

Rebalancing adalah menyusun kembali investasi dengan menyesuaikan dengan proporsi yang diharapkan. Misalnya komposisi reksadana Pak Anto pada 1 Desember sebagai berikut dengan asumsi uang yang diinvestasikan sebesar 50.000.000:

waktu yang tepat melakukan switching reksadana

Karena pada tahun tertentu kinerja reksadana campuran lebih baik dibanding lainnya maka Pak Anto melakukan switching dari reksadana pasar uang ke reksadana campuran. hal ini menyebabkan komposisi reksadana pasar uang menjadi 5% yang awalnya 20% karena telah dipindahkan 15% ke reksadana campuran.

waktu yang tepat melakukan switching reksadana